Apresiasi Penjabat Ohoi Watdek: Menghormati Kebesaran Nen Dit Sak Mas, Simbol Martabat Perempuan Kei

Langgur Beritalaser. Dalam suasana penuh hormat, Penjabat Ohoi Watdek Abdulah Renyaan menyampaikan apresiasi mendalam terhadap kebesaran sosok Nen Dit Sak Mas, leluhur perempuan terkemuka Kei yang namanya harum dalam sejarah adat dan budaya masyarakat Evav. Figur ini dipandang sebagai salah satu peletak fondasi kebesaran perempuan Kei, yang hingga kini masih menjadi simbol harkat, martabat, dan identitas masyarakat adat Kei.
Penjabat Ohoi Watdek menegaskan, penghormatan kepada Nen Dit Sak Mas bukan sekadar seremonial adat, tetapi merupakan pengakuan atas peran penting perempuan dalam tatanan sosial, budaya, dan pemerintahan lokal. “Beliau adalah simbol kebesaran dan kebijaksanaan yang harus terus dihidupkan dalam setiap langkah pembangunan kita, baik dalam adat maupun dalam kebijakan modern.
*”Warisan Budaya yang Mendidik Generasi Kei”*
Dalam sejarah panjang masyarakat Kei, perempuan selalu ditempatkan pada posisi yang strategis. Nen Dit Sak Mas menjadi teladan bahwa perempuan adalah pengikat persaudaraan, penjaga martabat, dan pengawal pranata adat. Dalam banyak kisah, beliau dianggap sebagai sosok yang mampu menyeimbangkan kekuasaan, memelihara perdamaian, serta mengikat tali kekerabatan antar-suku dan fam.
Apresiasi ini bukan sekadar penghormatan simbolik, melainkan ajakan agar generasi muda Kei meneladani nilai-nilai luhur yang diwariskan. “Jika kita mampu menjiwai kebesaran beliau, maka kita tidak akan mudah tercerabut dari akar budaya kita. Justru kita akan semakin kokoh menghadapi tantangan globalisasi.
*”Kebijakan Pemerintah Daerah: Merawat Nilai, Menghidupkan Pranata Budaya”*
Momentum penghormatan terhadap Nen Dit Sak Mas juga dikaitkan dengan arah kebijakan Pemerintah Daerah Maluku Tenggara, yang dalam beberapa tahun terakhir berupaya menghidupkan kearifan lokal sebagai basis pembangunan daerah. Melalui program kebudayaan, pelestarian situs sejarah, hingga penguatan peran perempuan dalam pembangunan desa dan ohoi, pemerintah menempatkan nilai-nilai adat Kei sebagai landasan moral.
Pengakuan terhadap figur Nen Dit Sak Mas diharapkan mampu mendorong lahirnya regulasi daerah yang lebih menekankan pada pengarusutamaan gender dalam bingkai budaya lokal. Sebab, nilai luhur yang diwariskan telah lebih dulu menegaskan betapa mulianya peran perempuan Kei, jauh sebelum wacana kesetaraan gender dikenal secara formal di ruang publik nasional.
*”Pendidikan Budaya dan Kesadaran Kolektif”*
Penjabat Ohoi Watdek juga menyampaikan bahwa penghormatan ini juga bagian dari upaya pendidikan budaya. Pemerintah desa dan ohoi, bersama lembaga adat, didorong untuk memperkenalkan sosok Nen Dit Sak Mas ke dalam ruang-ruang belajar, baik di sekolah formal maupun forum adat. Dengan begitu, generasi Kei akan tumbuh dengan kesadaran bahwa mereka memiliki figur perempuan agung yang menjadi simbol kebanggaan bersama.
“Pendidikan tidak hanya soal pengetahuan modern, tetapi juga tentang bagaimana kita menanamkan nilai adat, sejarah, dan kebesaran tokoh-tokoh leluhur. Ini penting agar kita tidak kehilangan arah sebagai orang Kei,” tambahnya.
*”Menjaga Martabat, Mengukuhkan Identitas Kei”*
Apresiasi Penjabat Ohoi Watdek ini akhirnya menjadi penegasan bahwa menghormati leluhur bukan berarti terjebak dalam romantisme masa lalu. Sebaliknya, penghormatan terhadap Nen Dit Sak Mas adalah bentuk nyata dalam menjaga martabat perempuan, menghidupkan identitas adat, sekaligus membangun sinergi antara budaya dan kebijakan daerah.
Di tengah arus modernisasi, Kei diingatkan untuk tidak melupakan nilai luhur yang menjadi akar kekuatan mereka. Dengan meneladani Nen Dit Sak Mas, masyarakat Kei tidak hanya menjaga warisan budaya, tetapi juga menyiapkan masa depan yang berakar pada martabat dan kebesaran leluhur.
Pernyataan DiSampaikan Pejabat Ohoi Watdek Abdulah Renyaan, Rabu 10 Agustus 2025 Di Kediamannya.
(Pewarta : Stev Romkeny)