Tuanaya Berharap Masyarakat Manfaatkan Suaranya Dengan Lebih Cerdas Untuk Memilih Pemimpin Yang Berkualitas

Ambon.Beritalaser.com.
Dalam rangka menciptakan Pilkada yang Damai, Aman dan Bermartabat, Dinas Kominfo Provinsi Maluku, menggelar Coffee Morning kepada wartawan baik media cetak,elektronik maupun media online, dengan Tema Pemilih Cerdas Hasilkan Pemimpin Berkualitas.
Kegiatan bertempat di Panorama Cafe, Karang Panjang Ambon, Senin (18/11/2024) dengan narasumber, Kesbangpol Provinsi Maluku, Daniel Indey, Ketua KPU Provinsi Maluku M. Seddek Fuad, Kabid Humas Polda Maluku, Kombes Pol Aries Aminullah S.I.K, Kordinator Devisi Pencegahan Partisipasi Masyarakat dan Humas Bawaslu Provinsi Maluku Daim Baco Rahawarin dan Dekan fakultas ilmu Sosial dan ilmu Politik Unpatti Dr Wahab Tuanaya M.Si.
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpatti Dr Wahab Tuanaya dalam arahannya menjelaskan
Trik dan giat pemilih cerdas. Dirinya memiliki argumentasi bahwa ada dua instrumen yang membuat pemilih itu tidak menjadi cerdas, tapi instrumen-instrumen yang berkaitan dengan politik uang dan isu politik identitas itu sendiri.
Menurutnya, Didalam sebuah Negara Demokrasi kekuatan sejatinya ada di tangan rakyat. Memberikan suara dalam pemilu ini bukan masalah angka-angka namun masalahnya berkaitan dengan keputusan, menentukan masa depan Bangsa dan Negara termasuk menentukan masa depan Daerah dimana pemilihan itu dilangsungkan, apalagi saat ini kita melaksanakan pemilihan secara serentak yang berlangsung di seluruh Indonesia.
Namun dalam kenyataannya menunjukkan bahwa, masih ada sebagian besar pemilih yang memilih mengikuti arus bahkan dipengaruhi dengan iming-iming uang dan identitas politik. Ini berisiko untuk kualitas Demokrasi yang ada dan juga memberi peluang lahirnya pemimpin yang tidak berkompeten dengan Visi Misi yang tidak kuat dan pemimpin tersebut cenderung untuk mementingkan kepentingan pribadinya, kelompoknya.
Pentingnya pemilih yang cerdas dan kritis ungkap Tuanaya, karena disini pemilih yang memilih tidak berdasarkan sentimen semata, mereka memilih dengan tentu memahami Visi dan Misi dari kandidat yang akan mereka pilih. Mereka memilih dengan tentu memahami program kerja yang ditawarkan bukan janji-janji kosong yang disampaikan. Mereka memilih karena memang mengetahui rekam jejak dari kandidat yang bersaing dalam kontestasi tersebut. kita tidak perlu khawatir lagi bahwa jika pemilih kita itu menjadi cerdas dan kritis tentu pemimpin yang tidak berkompeten tersebut akan terseleksi dengan sendirinya. Dan pemimpin yang cerdas tentu akan mampu menghindari diri dari politik uang dan politik identitas.
Politik uang ujar Tuanaya mengutip ucapan Doni Hagens bahwa, akar masalah dari politik uang itu, lemahnya penegakan hukum dan kurangnya pendidikan politik sehingga ruang ini terbuka untuk praktek-praktek seperti ini tetap jalan dalam setiap pemilihan.
Untuk itu jika kita ingin menghasilkan pemimpin yang berkualitas lewat pemimpin yang baik maka penegakan hukum terhadap mereka yang memanfaatkan peluang-peluang dengan menggunakan uang dalam rangka untuk mendapat dukungan ini harus betul-betul tegas dilakukan, tandas Tuanaya.
Dirinya juga mengambarkan, banyak para kandidat yang memberikan barang berharga kepada suatu kelompok tertentu dan tidak terpilih di kelompok itu kemudian dia menarik kembali.
Ini sebenarnya adalah bukti bahwa politik uang sudah terjadi di tengah-tengah kita dan pihak penegak hukum harus mengambil langkah untuk itu, harus berani untuk melakukan penegasan karena jika ini tidak dilakukan maka akan tetap terus berjalan.
Kalau politik uang ini dibiarkan maka akan muncul kecenderungan untuk terjadi korupsi pasca pemilihan karena mereka berupaya untuk mengembalikan modal yang mereka keluarkan selama kontestasi jika mereka terpilih. Ini membahayakan kita dalam penyelenggaraan pemerintahan kedepan, tegas Tuanaya.
Ditambahkan Tuanaya, hal yang berkaitan dengan politik identitas menurut Burhanuddin Motadi, politik identitas ini sering digunakan perbedaan agama, suku, ras untuk menyerang kelompok-kelompok tertentu dengan mendapat dukungan dari masyarakat. Dari implikasi negatif sangat signifikan yakni membuat keresahan di tengah-tengah masyarakat yang mengancam terjadinya pecah belah ditengah masyarakat karena identitas-identitas yang selalu disodorkan untuk menjelekkan kontestasi-kontestasi lain. Politik identitas ini membuka ruang terjadinya diskriminasi dan radikalisme. Ada peluang kearah sana karena mereka yang diserang habis-habisan lewat suku, agama dan ras itu membuat mereka akan merasa terdiskriminasi sehingga bisa muncul dan memicu radikalisme.
Tuanaya berharap, masyarakat dapat memanfaatkan suaranya dengan lebih cerdas karena ini berkaitan dengan keputusan yang dibuat dalam menentukan pemimpin yang berkualitas.
Pemimpin yang berkualitas adalah yang mampu melaksanakan berbagai program kerja untuk kepentingan publik dan bukan untuk pribadi, pungkas Tuanaya.
(H.R)