Pemkab Malteng Melalui BPBD Diharapkan Secepat Mungkin Tanggap Terhadap Darurat Bencana Di Pesisir Pulau Seram.

0
IMG-20250203-WA0033(1)

Ambon.Beritalaser.com.
Terkait masalah bencana yang dialami oleh masyarakat di kabupaten Maluku Tengah, di daerah pesisir pulau Seram bagian utara dan bagian selatan yang rata-rata struktur tanahnya itu berpasir, sehingga apabila angin dan gelombang kuat menyebabkan rumah di pesisir pantai pasir terbawa arus.
Kejadian tersebut terjadi pada 2 Februari 2025.

Hal tersebut disampaikan Anggota DPRD Provinsi Maluku Dapil Maluku Tengah Fraksi PDIP, Alhidayat Wajo kepada wartawan saat melakukan konfrensi pers di Coffee Shop Ujung JMP Poka Ambon, Senin (3/2/2025).

Menurutnya, kejadian serupa juga Pernah terjadi di tahun 2023 sekitar bulan Februari, Maret yang mana kejadian tersebut pun tidak ada penanganan dari Pemerintah Kabupaten maupun Pemerintah Provinsi Maluku.

Sebagai Anggota DPRD Provinsi Maluku dari daerah pemilihan Maluku Tengah sebut Wajo, meminta kepada Pemerintah Daerah kabupaten Maluku Tengah terkhusus kepada BPBD kabupaten dan dinas teknis yang lain dan BPBD Provinsi Maluku serta dinas teknis yang lain agar secepat mungkin tanggap terhadap darurat bencana di pesisir pantai daerah Seram Utara dan Selatan Pulau Seram karena struktur tanahnya berpasir.

Wajo mengaku telah berkoordinasi dengan beberapa dinas baik dinas PU, BPBD Provinsi, BPBD kabupaten, dan hasilnya ternyata administrasi-administrasi pelaporan yang disampaikan dari tahun 2023 sampai dengan hari ini tidak ditemukan, sesal Wajo.

Wajo juga minta agar Pemerintah Daerah lebih fokus pada penanganan-penanganan darurat bencana dan juga pada penyelesaian pasca bencana.

Itu beberapa hal yang ingin saya sampaikan karena memang sudah sejak tahun 2023 sampai dengan saat ini, belum terealisasi. kami berharap agar Pemerintah Provinsi dan Pemerintah kabupaten lebih fokus, tegas Wajo.

Untuk kerusakan yang terjadi di tahun 2023 urai Wajo, tanggul penahan air laut, kemudian rumah warga yang sampai dengan hari ini juga belum dikerjakan. Diharapkan agar beberapa desa di pesisir pantai di pulau Seram kemudian di Selatan yang berpotensi terjadinya abrasi pantai, itu bisa menjadi perhatian khusus oleh Pemerintah Provinsi maupun kabupaten.

Dijelaskan, Kerusakan di Negeri Kobi itu ada kurang lebih sekitar 14 di tahun 2023 dan di tahun 2025 kemarin, kejadiannya itu saya belum mendapatkan informasi detail berapa jumlah rumah yang terdampak. kemudian juga di Negeri Pasahari di tahun 2023 itu ada kurang lebih sekitar 5 dan 1 masjid, dan di daerah pesisir pantai Wahakaim Cobisonta juga mengalami hal yang sama disebabkan oleh abrasi pantai karena tidak adanya tanggul penahan.
Dulu ada tanggul penahan tapi sudah terbawa arus sehingga Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten harus lebih fokus lagi karena untuk mengamankan pesisir pantai ini, karena rumah warga berdekatan langsung dengan bibir pantai, ini yang menyebabkan sehingga penanganan cepat itu yang sangat diharapkan, tandas Wajo.

Ditambahkan, Untuk masyarakat yang terdampak untuk sementara mereka masih tinggal di tempat, kalau di tahun 2023 itu pengungsi kurang lebih sekitar 500 orang yang mengungsi selama 3 hari baik di Pasahari, Kobi yang mengungsi pada saat itu karena memang curah hujannya tinggi, angin juga kuat dan ombaknya besar. kalau untuk saat ini mudah-mudahan ombaknya tidak terlalu besar.

Kejadian ini sudah dua berturut-turut tidak adanya penanganan dari Pemerintah Provinsi maupun kabupaten, maka di tahun 2025 ini wajib untuk ditangani, karena mengantisipasi jangan sampai nanti pada musim penghujan tinggi menyebabkan hal yang sama lagi, harap Wajo.

Kami berharap Pemerintah kabupaten maupun Pemerintah Provinsi agar penanganannya dilakukan secara cepat karena menurut kami sangat lamban karena di tahun 2023 sampai dengan saat ini tidak ada penanganan sama sekali sehingga kejadian 2025 ini juga harus lebih cepat, pungkas Wajo

(H.R)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *